MAN 3 JEMBRANA

MADRASAH UNGGULAN BERAKHLAK MULIA

ESAI KIPAS24: Malam di Pelabuhan Jangkar Situbondo: Antara Kegembelan dan Keceriaan Musim Liburan Sekolah

man3jembrana.sch.id - 30 January 2024

Malam itu, ketika matahari telah lama menyerahkan tangga warnanya kepada langit, saya mendapati diri saya di Pelabuhan Jangkar Situbondo. Pemandangan pelabuhan yang biasanya tenang dan sepi, malam itu tampak berbeda. Di musim liburan sekolah, pelabuhan ini menjadi saksi bisu peningkatan jumlah penumpang yang berdesakan, dan saya merasakan sensasi latihan menjadi "gembel" di tengah keramaian malam itu.

Pelabuhan yang sejatinya hanya berfungsi sebagai tempat sandar kapal dan pusat distribusi barang, malam itu menjadi sorotan utama untuk para pelancong yang hendak menyeberang ke pulau-pulau tetangga. Musim liburan sekolah selalu mengubah dinamika pelabuhan ini, dan kehadiran ribuan penumpang serta kesibukan kapal-kapal yang bersandar memberikan nuansa kehidupan yang berbeda.

Saat saya tiba di pelabuhan, saya merasakan getaran kehidupan yang memenuhi udara. Suara tawar-menawar, tawa anak-anak yang riang, dan suara mesin kapal yang berderak menjadi latar belakang malam itu. Saya, yang tiba di pelabuhan tanpa rencana, menemukan diri saya terlibat dalam peristiwa yang penuh warna dan kegembiraan.

Dalam kesibukan itu, saya merasakan diri saya menjadi bagian dari kisah pelabuhan yang sesak dengan penumpang. Bagian dari kehidupan ini seperti menjadi latihan bagi saya untuk sementara waktu menjalani kehidupan yang lebih sederhana, mungkin bahkan menjadi "gembel" di antara kerumunan penumpang yang bermacam-macam.

Saya memutuskan untuk bermalam di pelabuhan tersebut, menantikan kapal yang akan membawa saya ke pulau tetangga. Meskipun asrama atau hotel mungkin menjadi pilihan yang lebih nyaman, saya memilih merasakan pengalaman berada di pelabuhan yang ramai dan berkesan. Begitu saya berjalan melalui antrean panjang penumpang yang menunggu, saya merasakan sentuhan hangat dan cerita di setiap sudut.

Pada malam itu, saya mendirikan tenda kecil di salah satu sudut pelabuhan yang tidak terlalu ramai. Sementara suara tawar-menawar dan keramaian tetap berlanjut di sekeliling saya, saya duduk di depan tenda sederhana itu dan merenung. Bintang-bintang di langit malam bersinar begitu terang, membuat saya merasa dekat dengan alam meskipun berada di tengah keramaian kota.

Malam itu, saya menjadi saksi kehidupan malam di pelabuhan yang berbeda dengan biasanya. Penjual makanan keliling dengan gerobak dorongnya menyajikan hidangan khas daerah, menciptakan aroma yang menggoda selera di antara penumpang yang lapar. Saya menyambut kesempatan ini untuk mencoba hidangan lokal dan merasakan kelezatan yang dihadirkan oleh pedagang-pedagang kaki lima yang bersemangat.

Kebersamaan di antara penumpang yang bermalam di pelabuhan ini memberikan suasana yang ramah dan akrab. Meskipun awalnya saya merasa seperti latihan menjadi "gembel," seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa saya bukanlah satu-satunya yang memilih pengalaman ini. Ada banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat yang memutuskan untuk menghabiskan malam di pelabuhan, menciptakan komunitas sementara yang unik.

Pada tengah malam, ketika suasana pelabuhan semakin tenang, saya merasakan keindahan kehidupan sederhana di tengah kesibukan modern. Melihat puluhan tenda kecil yang tersebar di pelabuhan, saya menyadari bahwa kehidupan bisa dinikmati dengan sederhana dan tidak selalu bergantung pada kemewahan.

Saat fajar mulai menyingsing, suasana pelabuhan berubah. Meskipun masih ada keramaian, energi yang semula tinggi berangsur-angsur mereda. Penumpang yang telah bermalam seperti saya mulai bersiap-siap untuk menyeberang, menyusuri kapal-kapal yang akan membawa mereka ke destinasi masing-masing.

Pengalaman bermalam di pelabuhan Jangkar Situbondo mengajarkan saya banyak hal. Pertama-tama, saya belajar untuk menghargai kehidupan sederhana dan merasakan kedekatan dengan alam meskipun berada di tengah perkotaan. Kedua, kebersamaan di antara penumpang yang bermalam menciptakan nuansa kekeluargaan yang sulit ditemukan di tempat-tempat lain. Dan yang terakhir, kegembelan yang saya rasakan pada awalnya ternyata membuka pintu bagi pengalaman tak terlupakan dan pelajaran hidup yang berharga.

Malam itu di pelabuhan Jangkar Situbondo menjadi salah satu bab yang penuh warna dalam perjalanan hidup saya. Saya meninggalkan pelabuhan dengan hati yang ringan dan kenangan yang penuh kebahagiaan. Sambil menaiki kapal yang membawa saya ke pulau berikutnya, saya membawa pengalaman kegembelan yang ternyata membuka pintu bagi kekayaan dan kebijaksanaan baru.

PenulisWafiratul Karamah

                 Siswa XII MIPA1